Beranda | Artikel
ABDULLAH BIN SABA Bukan Tokoh Fiktif
Selasa, 1 Juni 2021

Para ahli hadits dan para penulis kitab al jarh wa at ta’dil,1 para penulis sejarah serta penulis kitab-kitab tentang aliran-aliran telah sepakat tentang keberadaan tokoh keturunan Yahudi ini. dia ialah Abdullah bin Saba‘, yang juga berjuluk Ibnu Sauda‘.

Peran yang ia mainkan telah menanamkan bibit kerusakan di kalangan orang-orang munafiqin dan orang-orang sukuisme serta orang[1]orang yang di dalam hatinya berakar hawa nafsu dan keinginan-keinginan buruk lainnya. Abdullah bin Saba‘ memperlihatkan keislamannya pada masa kekhilafahan Utsman. Dia juga mempertontonkan pribadi yang shalih, kemudian berusaha menjalin kedekatan dengan ‘Ali.

SIAPAKAH ‘ABDULLAH BIN SABA`?

Jati diri Abdullah bin Saba‘ diperselisihkan. Ada sebagian ulama tarikh yang menisbatkannya ke suku Himyar. Sementara al Qummi memasukkannya ke dalam suku Hamadan. Adapun Abdul Qahir al Baghdadi menyebutnya berasal dari kabilah Al Hirah. Sedangkan Ibnu Katsir berpendapat, Ibnu Saba‘ berasal dari Rumawi. Tetapi Ath Thabari dan Ibnu ‘Asakir menyebutnya berasal dari negeri Yaman.

Syaikh ‘Abdullah al Jumaili menyatakan bahwa dirinya condong kepada pendapat yang terakhir. Dalihnya, pendapat ini mengakomodasi mayoritas pendapat tentang negeri asal Ibnu Saba`. Pendapat ini tidak bertentangan dengan pendapat pertama (ia berasal dari suku al Himyar), juga dengan pendapat kedua (ia berasal dari suku Hamadan). Pasalnya, dua kabilah ini berasal dari Yaman. Sementara pendapat Ibnu Katsir dan Al Baghdadilah yang tidak sejalan.2

Perbedaan pendapat ini muncul lantaran keberadaan dirinya yang sengaja ia rahasiakan, sampai orang-orang yang sezaman dengannya pun tidak mengenalnya, baik nama maupun negeri asalnya. Sengaja ia sembunyikan identitas dirinya, karena ia memiliki rencana rahasia, yaitu ingin berbuat makar terhadap Islam. Dia tidaklah memeluk Islam, kecuali untuk mengelabuhi, karena ia ingin menggerogoti Islam dari dalam.

Salah satu bukti yang menunjukkan ia sengaja menutup diri, yaitu jawaban yang diberikan kepada ‘Abdullah bin ‘Amir.

Tatkala ia ditanya oleh ‘Abdullah bin ‘Amir tentang asal usulnya, ‘Abdullah bin Saba` menjawab: “(Aku) adalah seorang lelaki dari ahlil kitab yang ingin memeluk Islam, dan ingin berada di sampingmu”.

MAKAR IBNU SABA‘

‘Abdullah bin Saba` mengunjungi banyak negeri Islam. Dia berkeliling sambil menghasut kaum muslimin, agar ketaatan mereka kepada para penguasa meredup. Ia memulai dengan masuk negeri Hijaz, Bashrah, Kufah. Setelah itu menuju Damaskus. Namun di kota terakhir ini, ia tidak berkutik. Penduduknya mengusirnya dengan segera. Lantas Mesir menjadi tujuan selanjutnya dan ia menetap di sana.

Langkah berikutnya, ia melakukan korespondensi dengan orang-orang munafiqin, memprovokasi para pendengki yang membenci khalifah kaum muslimin. Banyak yang terpedaya, hingga kemudian mendukungnya. Dia hembuskan pemahaman yang ngawur kepada para pendukungnya itu. Dia berhasil menancapkan semangat untuk memberontak dan tidak taat di kalangan sebagian kaum muslimin. Sehingga mereka bertekad membunuh Khalifah ‘Utsman. Khalifah yang ketiga, menantu Nabi ﷺ­ Para pengikut sang penghasut ini tidak menghormati kemulian kota Madinah. Mereka tidak menghormati kemulian bulan yang mulia. Juga tidak menghormati orang yang sedang membaca al Qur`an. Khalifah ‘Utsman mereka bunuh saat sedang membaca al Qur`an.

Sepak terjang ‘Abdullah bin Saba` sangat nyata terekam sejarah. Namun ada saja yang mengingkari keberdaannya, dan menganggap Ibnu Sauda` hanyalah tokoh dongeng atau fiktif. Bahkan ada yang menganggapnya sebagai ‘Ammar bin Yasir. Kalau pendapat itu keluar dari orang Syi’ah atau para orientalis, tentu hal yang lumrah. Akan tetapi, anehnya, di antara yang menetapkan demikian ini ternyata orang-orang yang mengaku beragama Islam.

CENDIKIAWAN MUSLIM YANG MENGINGKARI KEBERADAAN ‘ABDULLAH BIN SABA`

Ada beberapa pemikir muslim yang menganggap bahwa ‘Abdullah bin Saba` hanyalah tokoh fiktif belaka, sehingga mereka mengingkari keberadaan Ibnu Saba`. Di antara pemikir-pemikir tersebut ialah Dr. Thaha Husain. Dia sangat dikenal sebagai corong orientalis. Pengingkarannya tentang keberadaan Ibnu Saba` ini, ia tuangkan ke dalam tulisannya yang berjudul ‘Ali wa Banuhu dan Al Fitnah al Kubra. Dalam tulisannya ini, ia benar-benar telah memenuhi otaknya dengan pemikiran orientalis, sampai-sampai ia mengatakan: “Aku berfikir dengan kerangka budaya Perancis dan menulisnya dengan bahasa Arab”.

Tokoh ini telah dijadikan sebagai kendaraan yang dimanfaatkan oleh Yahudi di Mesir untuk mengibarkan bendera Yahudi Internasional. Bersama para propagandis sosialisme di Mesir, ia menerbitkan majalah Katib Mishri. Sejakawal, dia juga telah mengumumkan dukungannya terhadap pemikiran Yahudi Talmudiyyah; yakni salah satu gerakan Yahudi yang mendustakan keberadaan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, al Qur‘an dan Taurat. Sebuah gagasan yang bagi seorang orientalis kafir tidak berani mengatakannya.

Tentang Ibnu Saba‘ (Ibnu Sauda‘), Dr. Thaha Husain menyatakan, bahwa ihwal tentang Sabaiyyah dan perintisnya Ibnu Sauda‘, cerita tentang mereka, hanyalah sekedar dipaksakan, dibuat skenarionya tatkala terjadi perdebatan antara Syi’ah dan golongan lainnya. Para seteru Syi’ah ingin memasukkan unsur Yahudi ke dalam prinsip keagamaan Syi’ah, sebagai usaha untuk lebih mantap dalam mematahkan dan mengganggu mereka… 3

Selain Dr. Thaha Husain, ada tokoh lain yang juga mengingkari adanya ‘Abdullah bin Saba`. Yaitu Dr. Hamid Hafni Dawud, Dekan Jurusan Bahasa Arab Universitas ‘Ain Syams. Dia seorang aktifis gerakan penyatuan Islam dengan Syi’ah. Sehingga tidak mengherankan jika ia berkata: “Sesungguhnya, cerita tentang Ibnu Saba` (merupakan) salah satu dari kesalahan sejarah yang lolos dari penelitian para pakar sejarah dan menjadi sentralpemikiran mereka. Mereka itu sebenarnya tidak paham dan tidak mampu mencernanya. Ini adalah berita-berita buatan yang dipalsukan atas nama Syi’ah, sehingga mereka melekatkan kisah ‘Abdullah bin Saba` pada mereka (Syi’ah) dan menjadikannya sebagai cara untuk mendiskreditkannya”.4

Sederet nama berikut, memiliki pandangan yang sama. Mereka ialah :

  • Muhammad bin Jawad Maghnia,
  • Murtadha al Askari,
  • Ali Wardi,
  • Kamil Musthafa asy Syibi,
  • Abdullah Fayyad,
  • Thalib ar Rifa’i.

Mereka adalah pemikir-pemikir yang mengingkari kebenaran adanya Ibnu Saba’. Mereka menyatakan, Ibnu Saba‘ adalah tokoh dongeng yang hakikatnya tidak ada dalam dunia nyata.

Secara khusus Dr. Fayyadh mengatakan: “Terlihat dengan jelas bahwa Ibnu Saba` tidak lebih hanya sekedar cerita tokoh fiktif belaka dalam dunia nyata. Sepak terjangnya – kalau benar ia mempunyai andil terlalu dilebih-lebihkan lantaran berbagai motivasi agama dan politis. Dan bukti-bukti lemahnya cerita tentang Ibnu Saba` sangat banyak”. 5

Sesungguhnya keberadaan Ibnu Saba’ ini tidak hanya ditulis di dalam kitab-kitab ahli sunnah, bahkan juga direkam di dalam buku-buku syiah.

Walaupun ada ulama Syi’ah sekarang ini mengingkarinya, lantaran telah mengetahui kebobrokan aqidah Ibnu Saba‘ yang sudah banyak menyelinap di berbagai pecahan kelompok Syi’ah.

Di antara kitab-kitab karya ulama Syi’ah yang mengungkap keberadaan ‘Abdullah bin Saba` ialah;

  • kitab risalah Al Irja` (karya Al Hasan bin Muhammad bin al Hanafiyah),
  • Al Gharat (Abu Ishaq Ibrahim bin Muhammad Sa’id al Asfahani),
  • Al Maqalatu wal Firaq (Sa’ad bin Abdillah al Qummi),
  • Firaqu asy Syi’ah (Muhammad al Hasan bin Musa an Nubakhti)
  • Rijalu al Kisysyi (Abu ‘AmrMuhammad bin ‘Umar al Kisysyi),
  • Rijalu ath Thusi (Abu Ja’far Muhammad bin al Hasan ath Thusi),
  • Syarah Ibni Abil Hadid li Nahji al Balaghah (Izzuddin Abu Hamid Abdul Hamid bin Hibatullah yang lebih populer dengan sebutan Ibnu Abil Hadid al Mu’tazili asy Syi’i, Ar Rijal (Al Hasan bin Yusuf al Hilli),
  • Raudhatul Jannat (Muhammad Baqir Khawansari),
  • Tanqihul Maqal fi Ahwali ar Rijal (Abdullah al Mamqani),
  • Qamusu ar Rijal (Muhammad Taqiyyi at Tustari),
  • Raudhatush Shafa, sebuah buku sejarah tentang Syi’ah yang ditulis dengan bahasa Parsi.

Ini sebagian buku-buku Syi’ah yang menyinggungnya.

Demikian pandangan tokoh-tokoh yang menyatakan ‘Abdullah bin Saba` sekedar tokoh fiktif. Seolah-olah mereka tidak melupakan kitab-kitab Ahli Sunnah yang dipercaya. Demikian juga, seolah-oleh mereka buta terhadap referensi-referensi kitab Syi’ah yang menjadi rujukan, yang mengandung kisah tentang Ibnu Saba`, aqidah dan klaim-klaimnya yang didustakan oleh ‘Ali, Ahlul Bait serta berlepas diri dari mereka.T


Footnote:

1) Kitab tentang studi kritis perawi hadits

2) Badzlul Majhud fi Itsbati Musyabahati ar Rafidhah lil Yahud karya Abdullah Al Jumaily Maktabah Al Ghuraba Al Atsariyyah Madinah Munawwarah cet. III Thn. 1419 H 1999M

3) ‘Ali wa Banuhu, karya Dr. Thaha Hushain, dinukil dari kitab Ibnu Saba` Haqiqatun la Khayal, karya Dr. Sa’di al Hasyimi.

4) At Tasyayyu‘ Zhahiratun Thabi’iyyah fi Ithari ad Da‘wah al Islamiyyah, hlm. 18, dinkil dari kitab Ibnu Saba‘ Haqiqatun la Khayal, karya Dr. Sa’di al Hasyimi.

5) Tarikhul Imamiyyah wa Aslafahim Minasy Syi’ah, hlm. 92-100

Majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun IX/1426H/2005M


Artikel asli: https://majalahassunnah.net/artikel/abdullah-bin-saba-bukan-tokoh-fiktif/